Relevankah Koperasi Di Jantung Ekonomi Hari Ini?

anis saadah
4 min readOct 14, 2018

--

Sepuluh tahun yang lalu semua sektor tidak negitu gencar dalam membicarakan teknologi. Tapi tahun 2018 ini kita memiliki cerita lain, teknologi sudah membombardir di setiap lini dan sektor ekonomi. Semua perusahaan, industry, BUMN, dunia pendikan, kesehatan saat ini memasang posisi kuda kuda menyambut kedatangan teknologi. Meginvestasikan sumberdaya nya untuk mendapatkan lulusan terbaik negeri, menggelontorkan biaya riset untuk menciptakan inovasi inovasi agar tidak terdisurpi oleh teknologi.

Bagi sebagian orang yang berpandangan gelas setengah isi (optimis) akan melihat peluang teknologi ini penuh dengan keberkahan, dia meyakini teknologi tidak akan berjalan sendiri tanpa ada yang mengoperasikanya. Pekerjaan yang hilang akan tergantikan dengan pekerjaan yang baru. Siapa yang akan mengendalikan drone, data analysist jika bukan manusia.

Tetapi, tidak sedikit pula yang cemas dan khawatir dengan masuknya teknologi. Bagi sebagia besar buruh konveksi, percetakan , yang bisa kita pastikan akan tergantikan oleh robot pekerjaan apa yang bisa mereka lakukan? Ketrampilan mereka seumur hidup hanya tau soal masang ban mobil di industry perakitan, hanya tahu soal masang kancing baju di kain. Jangankan untuk mengendalikan robot, sekedar mengoperasikan laptop pun mereka gagap.

Dilemma di tengah platform ekonomi

Teknologi digital yang tumbuh sangat cepat itu membawa babakan baru yang disebut Revolusi Industri 4.0. Disebut revolusi karena akan membawa pada gelombang baru ekonomi yakni sharing economy/platform economy, gig economy yang memberikan dampak pada social budayanya.

Benih ekonomi digital berbasis platform/sharing economy sudah ada di Indonesia beberapa tahun silam, dan mulai melahirkan adanya Gojek, Grap, Kita Bisa, Ruang Guru dan lain sebagainya. Ekonomi yang menggeser bisnis bisnis konvensional dengan sifat owning (kepemilikan) menjadi sharing (berbagi).

Perusahaan transportasi yang dahulu harus memiliki armada tergantikan dengan perusahaan transportasi tanpa memiliki satu kendaraan pun. Kendaraan diambil dari garasi garasi rumah yang tidak optimal digunakan. Perusahaan perhotelan yang awalnya memiliki ribuan kamar tergantikan dengan perusahaan hotel terbesar tanpa memiliki satu kamar pun, karena kamar berasal dari rumah rumah penduduk yang sedang tidak digunakan.

Jika platform ini kita lihat secara dangakal maka menguntungkan kedua belah pihak. Pengguna akan mendapatkan harga yang terjangkau dan akses yang mudah, sedangkan bagi para penyedia jasa merasa platform membuat alat produksi nya yang dahulu mangkrak menjadi berproduksi.

Jika kita mau menanyakan pertanyaan yang lebih radical lagi, jika semua diuntungkan mengapa para mitra platform di berbagai belahan dunia melakukan unjuk rasa? Gojek, Uber, Deliveroo mengalami hal yang serupa dimana para pihak menuntut sesuatu yang lebih adil.

Menarasikan Ulang Koperasi

Mengapa tulisan ini menyisipkan term koperasi? Sesuatu yang sangat tradisional, skala kecil, diisi oleh orang orang tua, jauh dari kata modern yang sarat dengan tetek bengek teknologinya? Tidak kah terlalu memaksakan memasukan koperasi ke ekonomi dunia yang sangat maju dengan peradaban yang sulit disaingi nya?Penulis berangkat dari kegelisahan persoalan yang marak terjadi di platform hari ini, bahwa ada yang salah dalam system itu. Ada DNA yang hilang dan harus di install pada platform tersebut.

Saya ambil kasus Gojek ,Kebijakan perusahaan yang berubah rubah semakin hari semakin merugikan para mitra, dan mitra tidak punya daya kuasa, Iming iming kemudahaan akses pendapatan sebagai mitra gojek telah membuatnya melepaskan pekerjaan utamanya yang dahulu. Saat ini menjadi driver gojek adalah tumpuan pendapatanya, dengan apa yang terjadi saat ini tidak banyak yang bisa mereka lakukan.

Mesin ekonomi tidak berhasil menciptakan kesetaraan baik secara ekonomi maupun dalam hak demokratis. Untuk menciptakan itu sharing economy membutuhkan model koperasi dengan membagi sebagian kepemilikan perusahaan dan tata kelola yang demokratis.

Koperasi sudah ada sejak tahun 1844 di Inggris yakni koperasi Rocdale yang diinisiasi oleh Robert Owen. Selama berdekade dengan melewati dinamika baik krisis maupun maju, koperasi mampu bertahan bahkan eksis hingga hari ini. Artinya bahwa model koperasi sudah teruji adaptif terhadap zaman dan berkelanjutan.

Di Indonesia, koperasi juga telah melewati dinamika naik dan turun. Ketika era order baru koperasi menjadi kekuatan di setiap desa. KUD menguasi pasokan distribusi pupuk, produksi padi dari hulu hingga hilir. Meskipun saat ini kehilangan taringnya karna tercemar oleh banyaknya praktik buruk koperasi rentenir, investasi bodong dan lain sebagainya.

Di waktu sekarang koperasi harus mampu menarasikan ulang dirinya adalah system dengan nilai nilai yang dibutuhkan untuk jantung ekonomi hari ini. Membangun ulang apa yang sudah runtuh untuk membangun kepercayaan masyarakat. Menjadikan jantung ekonomi lebih sehat menjadi kenyataan bukan utopia belaka.

Cooperative Clock

Dalam buku The Three Box Innovation yang ditulis oleh Vinjay Govindaraj mengenai 3 tempo waktu yang menjadi kunci untuk melakukan inovasi. Metode ini bisa digunakan oleh koperasi untuk melakukan inovasi dalam mertas genre baru. 3 kotak itu menggambarkan waktu masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

The Past

Masa lalu di koperasi membuat hambatan untuk melakukan inovasi,Tenggelam oleh bayang bayang masa lalu bisa disebabkan oleh success trap, kesuksesan koperasi pada era orde baru membuat orang berpandangan koperasi juga akan berhasil di hari ini dan masa depan. Orang Orang dikoperasi merasa di zona aman dan tidak perlu repot melakukan perubahan.

Jebakan koperasi yang kedua adalah competency trap, kompetensi para penggerak koperasi yang hanya mengandalkan ketrampilan keseharian membuatnya menutup diri dari berbagai ketrampilan yang dibutuhkan di masa depan. Sehingga apa yang dikerjakan saat ini menjadi tidak relevan di masa mendatang

Sunk Cost Trap, dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai biaya tenggelam dari suatu asset. Asset dibiarkan padahal sudah tidak bisa diproduktifkan karena tidak relevan menjawab persoalan nya. Contoh di koperasi adalah pembiaran bangunan penggilingan padi tetapi di sekitar koperasi tersebut sudah tidak ada lahan pertanianya.

The Future

kotak waktu yang ketiga adalah kotak masa depan. Pada abad 21 ini masa depan adalah sesuatu yang sangat tidak pasti, sulit diramalkan kepastianya. Contoh menarik dari kisah Nokia yang disampaikan oleh CEO pada saat pidato nya ketika diakuisisi oleh Microsoft sebagai berik

“We didn’t do anything wrong, but somehow we lost”

Nokia mempekerjakan lulusan universitas terbaik dunia, Harvard, Oxford untuk melakukan inovasi perubahan. Tetapi Nokia masih kecolongan dan membuatnya gagal di abad ini.

Imajinasi masa depan, mengenai struktur ekonomi ideal, teknologi harus bisa dibawa ke hari ini. Dengan spirit “tomorrow is today” membuat apa yang dikerjakan hari ini adalah sesuatu yang dibutuhkan di masa depan.

The Present

Kotak waktu hari ini menjadi kunci para pelaku perubahan inovasi untuk merubah bayang bayang masa lalu dan mendisrupsi masa depan ke hari ini.

--

--

anis saadah

Imagination Is More Important Than Knowledge -Albert Einstein | Cooperator | Social Enterpreuner